Cari Blog Ini

Rabu, 25 Januari 2012

30 Persen Penderita HIV Tidak Dapat Terapi ARV

Vera Farah Bararah - detikHealth



img (Foto: thinkstock)
Jakarta, Salah satu pengobatan yang efektif bagi orang dengan HIV AIDS atau ODHA untuk meningkatkan kualitas hidupnya adalah dengan terapi ARV. Tapi sayangnya sekitar 30 persen ODHA tidak mendapatkan terapi obat antiretroviral (ARV).

"Sekitar 30 persen tidak terlayani dengan terapi ARV, sistem kita belum efektif untuk akses universal," ujar Dr Roy Tjiong, wakil ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dalam acara Getting To Zero 2015: Melindungi Keluarga dan Perempuan Indonesia dari Infeksi HIV/AIDS, Sanggupkah? di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (25/1/2012).

Dr Roy menuturkan sampai bulan Juni 2011 diketahui ada 55.516 orang yang layak mendapatkan terapi ARV, tapi diketahui hanya 70,5 persen saja yang pernah mendapatkan terapi.

"Kalau ARV ini habis atau tidak terpenuhi maka ODHA menjadi tidak terlindungi, akibatnya harus masuk pengobatan tipe 2 yang lebih mahal. Kendala akses ini merupakan ancaman langsung bagi perempuan dan keluarga," ujar Dr Roy.

Sampai saat ini belum ada obat yang manjur untuk menyembuhkan HIV/AIDS, pengobatan yang ada adalah menggunakan ARV yang sifatnya adalah menunda produksi HIV dan bukan mematikannya.

Di Indonesia, kasus-kasus baru HIV/AIDS terjadi tidak hanya pada orang dewasa atau generasi muda tapi juga anak-anak yang tertular dari ibunya yang diketahui terinfeksi HIV/AIDS.

Hal ini karena kasus baru penularan HIV/AIDS banyak terjadi pada pasangan heteroseksual, sehingga ibu yang hidup dengan laki-laki risiko tinggi (high risk men) bisa menularkan pada ibunya dan bayi dalam kandungan.

"Sebelumnya ibu rumah tangga berada dalam urutan ketiga, tapi untuk kasus baru di tahun 2011 urutan pertamanya adalah ibu rumah tangga," ujar Baby Jim Aditya sebagai aktivis untuk AIDS.

Banyak perempuan yang menjadi rentan terinfeksi akibat perilaku berisiko dari orang-orang terdekatnya terutama suami, seperti suami yang sering 'jajan' seks tanpa menggunakan kondom atau suami yang menggunakan narkoba dengan jarum suntik secara bergantian.

18 komentar:

  1. Bagaimana cara menangani kasus ini menurut anda?

    BalasHapus
    Balasan
    1. menjaugi diri dr free sex, obat2an terlarang serta penggunaan alat2 kedokteran yg harus steril

      Hapus
  2. menurut anda, bagaimana cara efektif agar penderita HIV AIDS di Indonesia tidak bertambah banyak ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. tetap menjaga pola hidup yg sehat dan menjauhi diri pergaulan bebas

      Hapus
  3. mengapa para pemderita HIV tidak mendapatkan terapi ARV???????

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena sistem dinegara kita belum efektif untuk akses universal

      Hapus
  4. Menurut Anda, apakah cara yang efektif untuk penanganan masalah ini??

    BalasHapus
  5. membuat program sedemikian rupa agar sistem di neg. ini dpt efektif untuk akses universal

    BalasHapus
  6. menurut anda sebaiknya diharuskan atau tidak masyarakat kita ikut test HIV?

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya harus karena untuk mendeteksi siapa-siapa saja yg sudah terkena HIV sehingga penyeberan virus ini pun dapat menurun.

      Hapus
  7. menurut anda adakah terapi yang sama efektifnya dengan terapi ini?

    BalasHapus
  8. menurut anda,apa c faktor utama ya paling mendorong seseorang dapat terkena HIV ?

    BalasHapus
  9. @marina: saya belum tau selain terapi ARV

    @ibnu: free sex, drugs dan pemakaian jarum suntik yg tdk steril

    BalasHapus
  10. free sex dan drugs memang enak tapi karena itu lah yang dpaat merusak badan manusia dan tidak punya masa depan yang cerah

    BalasHapus
    Balasan
    1. maka dari itu kita sebagai seorang yg beragama haruslah mempertebal iman agar terjauh dr barang-barang yg diharamkan trsbt.

      Hapus
  11. orang sering berpendapat kalau orang HIV sebaiknya jangan dipergauli, apakah itu baik..?

    BalasHapus
  12. HIV; jauhi penyakitnya, bukan orangnya

    BalasHapus